
Menumbuhkan Budaya Positif Melalui Keyakinan Kelas
adminmj9
- 0
Menciptakan suasana positif di lingkungan sekolah memiliki urgensi tinggi karena lingkungan sekolah sebagai tempat peserta didik belajar harus dapat menghadirkan suasana yang kondusif, aman, nyaman dan menyenangkan agar peserta didik merasa betah untuk belajar berlama-lama di sekolah tanpa rasa tertekan. Penciptaan suasana kondusif, aman, nyaman dan menyenangkan dapat dilakukan oleh pendidik melalui keteladanan terkait kedisiplinan, memulai pembelajaran dengan kesepakatan atau kontrak belajar, memberikan kesempatan yang sama dalam berpendapat dan dalam memberikan pelayanan serta selalu berusaha memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik, potensi dan kebutuhan peserta didik agar peserta didik enjoy dalam belajar tanpa ada keterpaksaan. Menciptakan suasana positif berhubungan erat dengan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik karena suasana yang positif akan dapat mendorong dan memotivasi peserta didik untuk belajar tanpa disuruh (dengan kesadaran sendiri) dan disiplin tanpa ditakut-takuti.
Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada peserta didik agar peserta didik dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Budaya positif dilaksanakan dalam upaya menumbuhkan selfdiscipline peserta didik adalah menanamkan motivasi intrinsik pada peserta didik untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Salah satu budaya positif yang dapat dikembangkan dan diterapkan adalah keyakinan kelas.
Mengapa keyakinan? Karena keyakinan merupakan nilai-nilai kebajikan (prinsip-prinsip) universal yang disepakati bersama secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotovasi secara instrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan.
Ciri-ciri keyakinan kelas antara lain:
- Bersifat lebih abstrak daripada peraturan yang lebih rinci dan konkret.
- Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal yang dibuat dalam bentuk kalimat positif.
- Keyakinan kelas tidak dibuat dalam jumlah banyak sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
- Keyakinan kelas merupakan sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan kelas tersebut.
- Pembuatan keyakinan melibatkan semua warga kelas melalui kegiatan curah pendapat.
- Keyakinan kelas ditinjau kembali dari waktu ke waktu.
Contoh Pelaksanaan:
Pelaksanaan “Menumbuhkan Budaya Positif Melalui Keyakinan Kelas” bertujuan untuk:
- Mengenalkan keyakinan kelas kepada peserta didik.
- Menyusun keyakinan kelas bersama peserta didik.
- Membiasakan penerapan keyakinan kelas untuk menumbuhkan selfdicipline pada peserta didik.
Pelaksanaan aksi nyata dimulai dengan memberikan pemahaman ke peserta didik mengenai keyakinan kelas dan melibatkannya dalam penyusunan keyakinan kelas. Adapun langkah-langkah pelaksanaan adalah sebagai berikut.
- Melaksanakan sosialisasi melalui paparan singkat terkait keyakinan kelas kepada peserta didik.

- Menyusun keyakinan kelas bersama peserta didik.

- Peserta didik membuat poster keyakinan kelas secara berkelompok

- Menempatkan keyakinan kelas di tempat yang mudah dilihat.
Karena pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan moving class, maka keyakinan kelas tidak ditempel tetapi dijadikan foto profil di WAG kelas.
- Melakukan pendalaman pada setiap keyakinan melalui kegiatan-kegiatan sederhana di awal pembelajaran

Tantangan yang dihadapi terkait keyakinan kelas adalah dalam hal menanamkan keyakinan kelas pada peserta didik untuk menumbuhkan motivasi intrisik dalam diri peserta didik. Mindset yang sudah tertanam selama ini adalah peraturan (bukan keyakinan) merupakan dasar mereka bertindak. Mematuhi peraturan dengan tujuan untuk menyenangkan dan mendapatkan nilai baik dari guru, serta berlaku sesuai aturan hanya agar tidak mendapatkan hukuman atau menghindari ketidaknyaman. Sehingga untuk mengubah mindset peserta didik dan mengubah orientasi tindakan mereka dari motivasi ekstrinsik ke motivasi intrinsik inilah yang menjadi tantangan utama, perlu banyak waktu untuk berproses dan komitmen untuk mewujudkannya.
Berkaitan dengan penyusunan keyakinan kelas dan tantangan yang dihadapi terkait penerapan keyakinan kelas di atas, perlu adanya rencana tindak lanjut sebagai berikut.
- Melakukan pembiasaan dalam penerapan keyakinan kelas di awal-awal pertemuan.
- Membuka ruang komunikasi dengan peserta didik untuk mengakomodasi kebutuhannya.
- Membiasakan diri untuk mengambil posisi kontrol sebagai manager.
- Melakukan penanganan permasalahan peserta didik dengan segitiga restitusi.
Tetap semangat mewujudkan generasi milenial sebagai pembelajar sepanjang hayat sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.